ADITAMA SAPUTRA 707: artikel
Showing posts with label artikel. Show all posts
Showing posts with label artikel. Show all posts

Tuesday, 26 April 2016

,

Artikel Sosial: Jangan Menghina Kami Karena Mungkin Kelak Kami Akan Menjadi Menteri


Jangan Menghina Kami Karena Mungkin Kelak Kami  Akan Menjadi Menteri
Artikel Sosial: Jangan Menghina Kami Karena Mungkin Kelak Kami Akan Menjadi Menteri
Jangan menghina kami karena mungkin kelak kami akan menjadi meteri. Itu adalah slogan yang sangat luar biasa para mahasiswa di jepang pada sekitar tahun 1888 yang mayoritas berasal dari suku samurai yang tetap ingin hidup secara terhormat pada kala itu. Pada saat itu para mahasiswa yang berjumlah sekitar 30.000 orang belajar pada sekolah swasta yang berlokasi di kota tokyo ibukota jepang dan 80 persen dari total keseluruhan mahasiswa adalah berasal dari desa atau kampung.

Sunday, 27 March 2016

Menilik Kecerdasan Seseorang Melalui Cara Berbicara

http://elangwijaya354.blogspot.co.id/2016/03/menilik-kecerdasan-seseorang-melalui.html


Di dalam Alquran dan Hadist telah tertera jelas bahwa Tuhan menciptakan manusia sebagai mahluk yang paling sempurna di muka bumi ini. Manusia diciptakan dengan segumpal tanah yang pada dasarnya berbeda- beda. Sebagai mahluk tuhan yang paling sempurna manusia diberikan dua hal oleh sang pencipta yaitu akal dan nafsu. Di dalam dunia ini tuhan menciptakan sesuatu dalam dua sisi yang berlawanan seperti; baik buruk, tinggi rendah, pintar bodoh, benar salah, malam siang dan seterusnya. Intinya adalah manusia diciptakan tuhan di dalam muka bumi ini dengan keadaan yang berbeda- beda, dan perbedaan adalah seperti suatu yang wajib ada dalam diri manusia satu dengan yang lainnya dan itu adalah suatu yang memang nyata dalam kehidupan manusia.

Sunday, 13 March 2016

Peran Terbesar Ibu Sebagai Pondasi Keluarga

            


          “ Di dalam sebuah hadist rasullullah SAW, dikatakan bahwa setiap orang adalah pemimpin yang akan bertanggung jawab atas kepemimpinannya. Seorang imam adalah pemimpin dan bertanggugjawab pada rakyatnya atau pengikutnya. Seorang suami adalah pemimpin dan bertanggungjawab atas keluarganya. Seorang istri adalah pemimpin rumah suaminya dan dia bertanggungjawab atas kepemimpinannya...”

Monday, 7 March 2016

Artikel Sosial: Pernikahan Awal Dari Kerenggangan Persahabatan



    Dalam kehidupan bermasyarakat pasti anda mempunyai kerabat, pacar, keluarga, ataupun teman. Terkadang bermain bersama teman lebih menyenangkan dari pada anda berkumpul bersama kerabat atau bahkan pacar atau kekasih anda sendiri, terkadang memang kita tidak menyadari hal ini. Akan tetapi ini merupakan sebuah fakta dimana sebuah riset yang dilakukan oleh sosialis asal jawa barat suherman M,Hum di dalam risetnya membuktikan hal tersebut. Ternyata pertemanan adalah segalanya, ketika ada kesusahan melanda, maka larinya akan ke teman anda, bahkan apabila anda mengalami stress berlebihan pasti yang anda temui adalah teman anda. Hal ini membuktikan bahwa pertemanan adalah suatu yang memiliki koreografi tersendiri.

Tuesday, 1 March 2016

Artikel: Melawan Toleransi Moral dan Budaya Permisif


 

Seorang ayah menjemput anak perempuannya di sekolah yang saat itu duduk di bangku SMP kelas III. Begitu memasuki mobil, putrinya langsung berkata, “ayah, lihat cowok yang lewat itu. Dia cowok yang pernah ana templelng. “ mendengar cerita anaknya, si ayah tentu saja terkejut. Bagaimana bisa anak perempuannya melkukan kekeransan, berani menempeleng laki- laki. “Habis, dia berani kurang ajar sama ana dan teman- teman ana. . . ,” jelas anak perempuannya. “Yes! Anak perempuanku punya prinsip, “ batin sia ayah.
    SEBAGAI orang tua kita memang harus mengajarkan kepada anak- anak tentang keimanan, kelembutan, kasih sayang, empati, cinta, dan respect. Namun jangan lupa kita juga perlu membekali mereka dengan nyali, ketegasan dan keberanianmelawan kemaksiatan atau ketidakbenaran yang terjadi.
            Kepada anak- anak perlu diajarkan ketegasan dan keberanian untuk berbeda dengan sekitarnya bila itu melanggar etika dan berbuat dosa. Manusia mulia itu punya prinsip dan tidak mudah terbawa arus yang serba permisif. Budaya permisif itu merusak tatanan kehidupan bermasyarakat. Semua serba boleh, semua menjadi maklum, semua menjadi wajar. Dan akhirnya, semua serba rusak.
            Lihatlah fenomena yang muncul begitu kuat dewasa ini, dimana sebagian besar dari kita telah kehilangan perhatian pada fenomena spiritual, etika, kebenaran, kehormatan dan keadilan dalam menjalani kehidupan sosial bermasyarakat.
            Lihat dan perhatikanlah lingkungan di sekitar kita, atau luangkan waktu dan simak apa yang dimuat dan ditayangkan oleh media mass, baik media cetak maupun elektronik.hampir setiaap hari kita disuguhi dengan informasi yang berkaitan dengan tindak kriminalitas, korupsi, terorisme, tindakan kekerasandari satu golongan kepada golongan lain, pembunuhan karena hal sepele, tawuran pelajar, narkoba, pelanggaran norma asusila, pelecehan intelektual, banjir iklan yang mendorong pola konsumtif berlebihan, sinetron yang mengekspoitasi dengan gaya hidup modern, dan lainnya.
            Semua itu menjadi refleksi dari terjadinya krisis kesadaran dan pemikiran akan pentingnya nilai- nilai hidup. Meskipun masih ada tayangan positif dan bersifat edukatif, tapi porsinya masih sangat sedikit jika dibandingkan dengan yang bersifat negatif. Masyarakat kita mungkin menjadi sedemikian permisif bahkan terhadap hal- hal yang dianggap pelanggaran etika dan moral, sehingga kontrol sosial tidak berjalan sebagaimana mestinya.
            Secara umum harus diakui, bahwa kita hidup di zaman krisis. Tanda- tandanya jelas dapat dilihat dimana-mana. Pola hidup secara cepat dan kacau telah sungguh- sungguh menyerang kesehatan jiwa kita. Apa yang terjadi dalam dunia lalu lintas setidaknya dapat memberi gambaran bahwa banya dari kita sedang terganggu jiwnaya. Saling serobot dan pelanggaran terhadap rambu lau lintas menjadi pemandangan biasa, dan sepetinya memperoleh pembenaran karena dilakukan secara massal beramai-ramai.
            Begitupun dalam kehidupan sosial kemasyarakatan, saling serobot dan pelanggaran rambu- rambu sosialdan agamamuncullah istilah “korupsi berjamaah”, “berbohong berjamaah”, “penindasan berjamaah”, dan lain sebagainya.
            Akibatnya, banyakdari kita berbicara tentang “perdamaian” tapi melkukan intimidasi terhadap pihak lain. Kita berbicara tentang “kemakmuran”, namun menyret diri kita sendiri dalam utang yang mencemaskan. Banyak meneriakkan kemerdekaan, namun menuntut orang lain untuk menyamakan cita- cita, tujuan dan kebebasannya persis seperti diri mereka. “persamaan hak” seringkali menjadi hukuman bagi keunggulan individual dan kata”kebersamaan” menjadi slogan yang membelenggu inisiatif.
           
  Source: Nuansa Persada volXVII/pebruari 2016