“ Di dalam sebuah hadist rasullullah SAW, dikatakan bahwa setiap orang adalah pemimpin yang akan bertanggung jawab atas kepemimpinannya. Seorang imam adalah pemimpin dan bertanggugjawab pada rakyatnya atau pengikutnya. Seorang suami adalah pemimpin dan bertanggungjawab atas keluarganya. Seorang istri adalah pemimpin rumah suaminya dan dia bertanggungjawab atas kepemimpinannya...”
Sepanjang
sejarah kehidupan manusia di muka bumi ini, peran seorang ibu sangat besar
dalam mewarnai dan membentuk dinamika zaman. Lahirnya generasi- generasi bangsa
terbaik yang unggul, kreatif, penuh inisiatif, bermoral tinggi, berwawasan
luas, dan penuh inovasi tidak lain adalah berasal dari sentuhan peran yang
telah diberikan oleh seorang ibu. Ibu adalah orang yang pertama kali
memperkenalkan, mensosialisasikan, dan menanamkan nilai- nilai agama, budaya,
moral, kemanusiaan, pengetahuan, keterampilan, kedisiplinan, serta nilai- nilai
kebaikan lainnya dalam kehidupan seorang anak baik itu laki- laki maupun
perempuan.
Dengan
kata lain peran ibu sebagai pondasi dasar , sebagai pusat pembentukan karakter
atau sebagai dasar pijakan nilai- nilai dan norma dalam kehidupan dan tidak
akan ada seorangpun menyangsikannya. Namun, seiring gerak roda dan perubahan
zaman dari masa- kemasa, peran ibu sebagai pondasi dasar pembentuk karakter
bakal menemui tantangan yang semakin berat. Setidaknya ada dua tantangan besar
yang harus dihadapi oleh seorang ibu di tengah dinamika eksploitasi kehidupan
global. Pertama, tantangan internal
dalam kehidupan keluarga, yaitu ibu harus tetap menjadi sesosok wanita yang
lembut, penuh perhatian, penuh kasih sayang, serta cinta kasih yang senantiasa
diberikan kepada keluarganya atau suami dan anaknya. Kedua, tantangan eksternal
diluar kehidupan rumah tangga, seiring
denga adanya tuntutan zaman yang semakin terbuka terhadap masuknya nilai- nilai
global yang menuntut dirinya bersikap lebih selektif dan dewasa.
Dalam
menyikapi dan menyiasati dua tantangan tersebut, seorang ibu dituntut untuk
semakin memaksimalkan perannya, memberdayakan potensi dirinya sehingga mampu
tampil selektif dan profesional sekaligus dalam menerjemahkan dan
menginternalisasi selera zaman yang mustahil dirinya sebagai seorang ibu yang
hidup di zaman global ini. Ini artinya bahwa fitrah seorang ibu tidak hanya
dicairkan dalam lingkup domestik, tetapi juga harus ditebarkan pada ranah
publik, seiring dengan semakin kompleks dan rumitnya masalah masalah yang harus
diatasi.
Peran
ibu dalam memperkuat ketahanan keluarga adalah tugas yang sangat berat, namun
ingatlah bahwa tuhan menciptakan seorang ibu memang untuk memelihara kehidupan,
ketahanan untuk memelihara kehidupan sudah mengakar di dalam diri seorang ibu.
Hanya apakah mereka para ibu menyadari hakikat mereka sebagai orang tua yang
mengemban tugas tersebut atau tidak. Tatkala seorang ibu bisa mengemban
tugasnya denga baik, maka akan terbina sebuah keluarga yang berkualitas secara
utuh dan menyeluruh, dan allah SWT telah menjanjikan imbalannya. Dalam
mengokohkan ketahanan keluarga, berangkat dari keikhlasan, kesabaran, dan
keluasan ilmu, ibu harus siap memberikan keteladanan, membimbing, memotivasi,
mensupport terhadap kebaikan dan bersama- sama berusaha memecahkan masalah
keluarga dengan upaya dan doa. Semoga dengan jalan yang terbaik maka akan
terwujud sebuah keluarga yang sakinah, mawadah warohmah sesuai dengan dambaan
semua keluarga yang ada di muka bumi ini.//***
written by pena inspirasi 707
sff
ReplyDelete