Jangan Menghina Kami Karena Mungkin Kelak Kami Akan Menjadi Menteri
Jangan menghina kami karena mungkin kelak kami akan menjadi meteri. Itu adalah slogan yang sangat luar biasa para
mahasiswa di jepang pada sekitar tahun 1888 yang mayoritas berasal dari suku
samurai yang tetap ingin hidup secara terhormat pada kala itu. Pada saat itu
para mahasiswa yang berjumlah sekitar 30.000 orang belajar pada sekolah swasta
yang berlokasi di kota tokyo ibukota jepang dan 80 persen dari total
keseluruhan mahasiswa adalah berasal dari desa atau kampung.
Para mahasiswa miskin yang berasal dari kota
itu, sebagian dibiayai oleh para tuan tanah di kampungnya masing- masing dan
yang lainnya bekerja sambil kuliah. Anda yang menjadi pembantu rumah tangga,
penjual surat kabar/ koran, penerjemah buku, dan bahkan ada juga yang menjadi
buruh kasar di pasar.
Di jepang, sejak usia dini karakter telah
ditanamkan bahwa pendidikan adalah jalan pintas menuju kesuksesan. Banyak
sekali kisah- kisah inspiratif dari barat sampai ke timur yang dijadikan
sebagai pedoman dan motivasi kesuksesan sejak usia dini. Seperti puisi singkat
berikut ini yang sangat menginspirasi sekali yang dibuta oleh seorang pemuda
Jepang bernama Kinjiro Ninomiya yang hidup pada awal abad ke-20.
Pada awal pagi
Dia mendaki gunung mencari kayu api
Sehingga larut malam
Dia menganyam selipar (daripada jerami
padi)
Sambil berjalan
Dia tidak pernah berhenti membaca
Oleh:
Dr. Adian Husaini (Dari
kiriman whatsapp bp Eko Heru Prayitno, 10/3/15)
Jadi puisi tersebut menceritakan tentang
seorang pemuda Jepang yang bernama Kinjiro Ninomiya yang hidup pada awal abad
ke- 20. Kegigihannya dalam memburu ilmu menjadi inspirasi yang sangat menabjubkan
bagi masyarakat Jepang. Oleh pemerintah Jepang, semangat Kinjiro itu kemuadian
dipublikasikan dalam bentuk buku, teks moral, tugu peringatan bahkan sampai
lagu- lagu khusus. Semangat inilah yang banyak memberi inspirasi masyarakat
Jepang untuk mengejar ilmu pengetahuan dan keterampilan sehingga tampil sebagai
sebuah peradaban yang besar .
Kemudian ada buku yang sangat luar biasa tetang motivasi yang ditulis oleh Yukichi Fukuzawa, dengan judul “Dorongan Belajar ” pada tahun 1882 terjual 600.000 eksemplar. Salah satu kutipan dalam buku tersebut adalah,“Manusia tidak dilahirkan mulia atau hina, kaya atau miskin, tetapi dilahirkan sama dengan orang lain. Siapapun yang rajin belajar dan menguasai ilmu dengan baik akan menjadi mulia dan kaya, tetapi mereka yang bodoh akan menjadi miskin dan hina”. (Wan Mohd. Nor Wan Daud, Penjelasan Budaya Ilmu,1997).
Jepang bisa menjadi contoh dalam memajukan
bangsa dan negaranya melalui pendidikan. Negara matahari terbit ini sejatinya
berada dalam geografis yang kurang menguntungkan, namun bisa berhasil menguasai
dunia dalam beberapa bidang terutama dalam bidang otomotif dan elektronik.
Pada perang dunia kedua, dua kota besarnya
hirosima dan nagasaki telah porak-poranda akibat dihujani bom atom oleh tentara
sekutu yang dipimpin Amerika Serikat, namun dalam waktu yang sangat singkat
Jepang bisa bangkit kembali. Setelah kalah dalam perang, para pengambil
kebijakan yang dikepalai oleh Perdana Menteri melakukan pertemuan, dan yang
pertama dipertanyakan adalah, berapa jumlah guru yang tersisa.
Mengakui kehebatan musuh dan kelemahan diri,
sembari melakukan instrospeksi lalu menyusun strategi untuk kembali bangkit-
dalam dunia marketing disebut analisis SWOT(Strengths, Weaknesses,
Opportunities, Threats). Keputusan pertemuan tersebut adalah bangsa Jepang
telah menyadari kekalahan mereka dalam perang dengan menggunakan senjata, untuk
itu mereka akan bangkit dalam peperangan yang lebih dahsyat, yaitu ekonomi.
Sejak itulah serangan demi serangan dilancarkan Jepang terhadap segenap penjuru
bumi. Hingga saat ini, dalam setiap rumah yang ada di belahan dunia manapun
sulit untuk tidak menemukan kata ‘made in Jepang’, hingga sandal jepit
sekalipun identik dengan Jepang.
Selain
kegigihan dalam menuntut ilmu, orang Jepang juga sangat terkenal dengan etos
kerja yang tinggi, disiplin, dan sangat taat
aturan. Salah satu contohnya adalah, sulit menemukan sampah berserakan, baik di
kota-kota besar apa lagi di pedesaan. Masyarakatnya telah terbiasa hidup bersih
dan tidak buang sampah sembarangan. Sebuah budaya yang dalam agama Islam
merupakan bagian dari ibadah (Iman).
Tidak
hanya itu, budaya jujur juga tak kalah dahsyatnya. Konon, bila barang kita
tertinggal di taksi tidak usah risau, karena pasti bisa kembali. Di negara itu,
jika seorang aparat pemerintah ketahuan korupsi, maka ia akan segera
mengundurkan diri. Termasuk mereka yang tak mampu merealisasikan janjinya
ketika berkampanye. Sebuah kebiasaan yang nyarismustahil
terjadi di negara lain, seperti Indonesia.
Itulah manusia-manusia berkarakter sebagai
hasil dari sebuah proses pendidikan yang mananamkan nilai-nilai kesungguhan
dalam meraih ilmu, cinta pada lingkungan, jujur amanah, bersikap adil, tidak
semena-mena –daftarnya akan terus berlanjut. Namun perlu dicatat, orang Jepang
melakukan amalan-amalan di atas karena memang karakternya telah terbentuk
demikian adanya, alias memang sudah takdirnya seperti itu. Hanya tuhan yang tahu.***
Written by Pena Inspirasi 707
0 komentar:
Post a Comment
give your best comment