Artikel Sosial: Jangan Menghina Kami Karena Mungkin Kelak Kami Akan Menjadi Menteri ~ ADITAMA SAPUTRA 707

Tuesday 26 April 2016

Filled Under: ,

Artikel Sosial: Jangan Menghina Kami Karena Mungkin Kelak Kami Akan Menjadi Menteri


Jangan Menghina Kami Karena Mungkin Kelak Kami  Akan Menjadi Menteri
Artikel Sosial: Jangan Menghina Kami Karena Mungkin Kelak Kami Akan Menjadi Menteri
Jangan menghina kami karena mungkin kelak kami akan menjadi meteri. Itu adalah slogan yang sangat luar biasa para mahasiswa di jepang pada sekitar tahun 1888 yang mayoritas berasal dari suku samurai yang tetap ingin hidup secara terhormat pada kala itu. Pada saat itu para mahasiswa yang berjumlah sekitar 30.000 orang belajar pada sekolah swasta yang berlokasi di kota tokyo ibukota jepang dan 80 persen dari total keseluruhan mahasiswa adalah berasal dari desa atau kampung.
Para mahasiswa miskin yang berasal dari kota itu, sebagian dibiayai oleh para tuan tanah di kampungnya masing- masing dan yang lainnya bekerja sambil kuliah. Anda yang menjadi pembantu rumah tangga, penjual surat kabar/ koran, penerjemah buku, dan bahkan ada juga yang menjadi buruh kasar di pasar.
Di jepang, sejak usia dini karakter telah ditanamkan bahwa pendidikan adalah jalan pintas menuju kesuksesan. Banyak sekali kisah- kisah inspiratif dari barat sampai ke timur yang dijadikan sebagai pedoman dan motivasi kesuksesan sejak usia dini. Seperti puisi singkat berikut ini yang sangat menginspirasi sekali yang dibuta oleh seorang pemuda Jepang bernama Kinjiro Ninomiya yang hidup pada awal abad ke-20.
Pada awal pagi
Dia mendaki gunung mencari kayu api
Sehingga larut malam
Dia menganyam selipar (daripada jerami padi)
Sambil berjalan
Dia tidak pernah berhenti membaca
Oleh: Dr. Adian Husaini (Dari kiriman whatsapp bp Eko Heru Prayitno, 10/3/15) 
Jadi puisi tersebut menceritakan tentang seorang pemuda Jepang yang bernama Kinjiro Ninomiya yang hidup pada awal abad ke- 20. Kegigihannya dalam memburu ilmu menjadi inspirasi yang sangat menabjubkan bagi masyarakat  Jepang. Oleh pemerintah  Jepang, semangat Kinjiro itu kemuadian dipublikasikan dalam bentuk buku, teks moral, tugu peringatan bahkan sampai lagu- lagu khusus. Semangat inilah yang banyak memberi inspirasi masyarakat Jepang untuk mengejar ilmu pengetahuan dan keterampilan sehingga tampil sebagai sebuah peradaban yang besar .

 Kemudian ada buku yang sangat luar biasa tetang motivasi yang ditulis oleh Yukichi Fukuzawa, dengan judul “Dorongan Belajar ” pada tahun 1882 terjual 600.000 eksemplar. Salah satu kutipan dalam buku tersebut adalah,“Manusia tidak dilahirkan mulia atau hina, kaya atau miskin, tetapi dilahirkan sama dengan orang lain. Siapapun yang rajin belajar dan menguasai ilmu dengan baik akan menjadi mulia dan kaya, tetapi mereka yang bodoh akan menjadi miskin dan hina”. (Wan Mohd. Nor Wan Daud, Penjelasan Budaya Ilmu,1997).
Jepang bisa menjadi contoh dalam memajukan bangsa dan negaranya melalui pendidikan. Negara matahari terbit ini sejatinya berada dalam geografis yang kurang menguntungkan, namun bisa berhasil menguasai dunia dalam beberapa bidang terutama dalam bidang otomotif dan elektronik.
Pada perang dunia kedua, dua kota besarnya hirosima dan nagasaki telah porak-poranda akibat dihujani bom atom oleh tentara sekutu yang dipimpin Amerika Serikat, namun dalam waktu yang sangat singkat Jepang bisa bangkit kembali. Setelah kalah dalam perang, para pengambil kebijakan yang dikepalai oleh Perdana Menteri melakukan pertemuan, dan yang pertama dipertanyakan adalah, berapa jumlah guru yang tersisa.
Mengakui kehebatan musuh dan kelemahan diri, sembari melakukan instrospeksi lalu menyusun strategi untuk kembali bangkit- dalam dunia marketing disebut analisis SWOT(Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats). Keputusan pertemuan tersebut adalah bangsa Jepang telah menyadari kekalahan mereka dalam perang dengan menggunakan senjata, untuk itu mereka akan bangkit dalam peperangan yang lebih dahsyat, yaitu ekonomi. Sejak itulah serangan demi serangan dilancarkan Jepang terhadap segenap penjuru bumi. Hingga saat ini, dalam setiap rumah yang ada di belahan dunia manapun sulit untuk tidak menemukan kata ‘made in Jepang’, hingga sandal jepit sekalipun identik dengan Jepang.
Selain kegigihan dalam menuntut ilmu, orang Jepang juga sangat terkenal dengan etos kerja yang tinggi, disiplin, dan sangat taat aturan. Salah satu contohnya adalah, sulit menemukan sampah berserakan, baik di kota-kota besar apa lagi di pedesaan. Masyarakatnya telah terbiasa hidup bersih dan tidak buang sampah sembarangan. Sebuah budaya yang dalam agama Islam merupakan bagian dari ibadah (Iman).
Tidak hanya itu, budaya jujur juga tak kalah dahsyatnya. Konon, bila barang kita tertinggal di taksi tidak usah risau, karena pasti bisa kembali. Di negara itu, jika seorang aparat pemerintah ketahuan korupsi, maka ia akan segera mengundurkan diri. Termasuk mereka yang tak mampu merealisasikan janjinya ketika berkampanye. Sebuah kebiasaan yang nyarismustahil terjadi di negara lain, seperti Indonesia.
Itulah manusia-manusia berkarakter sebagai hasil dari sebuah proses pendidikan yang mananamkan nilai-nilai kesungguhan dalam meraih ilmu, cinta pada lingkungan, jujur amanah, bersikap adil, tidak semena-mena –daftarnya akan terus berlanjut. Namun perlu dicatat, orang Jepang melakukan amalan-amalan di atas karena memang karakternya telah terbentuk demikian adanya, alias memang sudah takdirnya seperti itu. Hanya tuhan yang tahu.***

Written by Pena Inspirasi 707

0 komentar:

Post a Comment

give your best comment